MENELADANI SIKAP TOLERANSI KH. HASYIM ASYARI

Hasyim Asy’ari merupakan ulama kharismatik yang kedalaman ilmunya tidak diragukan, tetapi beliau tidak bersikap tinggi hati. Justru dengan kedalaman ilmu beliau lah yang menjadikannya sosok pengayom masyarakat yang welas-asih dan toleran.

Perihal sikap toleran KH. Hasyim Asy’ari dapat teramati dalam kisah ketika salah seorang santrinya yang baru datang dari Yogyakarta hendak melaporkan sesuatu. Menurut pengakuan santri tersebut, ia melihat sekelompok aliran sesat. KH. Hasyim Asy’ari pun bertanya-tanya mengenai aliran sesat tersebut. Santri tadi pun menjelaskan ciri-ciri aliran yang ditemuinya itu. Ia menjelaskan bahwa aliran tersebut memiliki perbedaan yaitu tidak melaksanakan pembacaan qunut ketika Subuh dan pimpinannya bergaul dengan organisasi Budi Utomo. Ditanyakanlah oleh KH. Hasyim Asy’ari siapa pemimpin dari kelompok tersebut. Santri menjawab Ahmad Dahlan.

Hasyim Asy’ari pun tersenyum sambil berkata, “Oh, Kang Darwis, toh?” Setelah mendengarkan jawaban santri tersebut, beliau lantas menceritakan bahwa KH Ahmad Dahlan adalah temannya ketika di Mekkah. Beliau juga menjelaskan bahwa aliran yang dimaksud sang santri itu tidaklah sesat. Malah KH. Hasyim Asy’ari berkata, “Ayo padha disokong!” ( Ayo kita dukung sepenuhnya).

Dari cerita tersebut, terdapat hikmah berharga yang dapat kita catat. Sikap KH. Hasyim Asy’ari ketika mendengarkan santrinya tentang aliran sesat, beliau merespon dengan bijaksana. KH. Hasyim Asy’ari tidak tergesa-gesa memberikan judgement karena pengalaman selama di Timur Tengah telah memberikannya pandangan luas dan pemahaman  yang baik tentang  persoalan perbedaan furu’iyyah yang wajar terjadi. Dari sini dapat kita ketahui sikap toleran KH. Hasyim Asy’ari dapat menjadi teladan bagi kita dalam menjalani kehidupan sehari- hari.

Selain kisah tersebut, secara eksplisit KH. Hasyim Asy’ari juga meneguhkan komitmen toleransi dalam mukadimah Qanun Asasi Nahdlatul Ulama. Bagi Kiai Hasyim, segala tindakan haruslah memiliki pijakan keagamaan yang benar secara metodologis, sehingga secara substansi juga akan benar.

Perihal toleransi, KH. Hasyim Asy’ari mendasarkan pada beberapa ayat al-Quran yang menjadi fundamen toleransi dalam Islam. Misalnya, QS. al-Nahl ayat 125 tentang ajakan dakwah dengan hikmah dan nasihat yang santun, dan QS. Hujurat ayat 13 tentang Tuhan menciptakan manusia sebagai laki-laki dan perempuan, sekaligus berbangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal satu sama lain.

Melalui ayat-ayat di atas, Kiai Hasyim menegaskan bahwa manusia adalah makhluk yang senantiasa berinteraksi antara satu dengan yang lain. Karenanya, dalam relasi sosial tersebut diperlukan sikap-sikap yang beradab dan toleran. Sikap tersebut ditunjukkan dengan saling menghargai dan menghormati di antara sesama anak bangsa yang berbeda-beda suku dan agama ini.

 Di tengah maraknya tindakan intoleransi, gagasan Kiai Hasyim Asy’ari dapat menjadi salah satu rujukan.

Ditulis Muinnatu Lutfiah (Ilmu Hukum)

Bagikan:

Tags

Related Post

Leave a Comment